Pembangunan pertanian Indonesia memasuki era baru. Struktur tanah
yang sudah sakit oleh pemakaian pupuk kimia (anorganik) akan disehatkan
kembali melalui pemakaian pupuk organik. Untuk kepentingan itu, BUMN PT
Pertani (Persero) mengambil peran sebagai produsen pupuk organik dengan
produksi sekitar 100 ribu ton pada tahun ini.
DIREKTUR
Pemasaran PT Pertani Ir Wahyu MM menjelaskan, untuk mendapatkan hasil
produksi sebanyak itu. pihaknya melibatkan Usaha Kecil Menengah (UKM)
yang memangmemilik; kapabilitas untuk memproduksi pupuk organik.
"Kami
memang mengambil peran untuk memproduksi pupuk organik. Tujuannya,
selain untuk mengembalikan pertanian kita agar bisa tetap diandalkan
sebagai sumber pendapatan, juga untuk menggairahkan produksi pupuk
organik di sektor UKM. Walaupun PT Pertani sendiri sudah memproduksinya
sejak 1998," ungkap Wahyu kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Wahyu
menjelaskan, dengan memasyarakatkan kembali pupuk organik, secara
perlahan bisa mengembalikan kondisi fisik dan biokimia tanah. Walaupun
idealnya butuh waktu sekitar 5 tahun, namun ke depannya dunia pertanian
bisa kembali dalam kondisi baik.
Menurut Wahyu, berdasarkan
pengalamannya, penggunaan pupuk organik sudah cukup berhasil seperti di
Ngawi, Jawa Timur dengan tanaman padi jenis hibrida. "Ini bukti bahwa
pemakaian pupuk organik bisa diandalkan," katanya.
Sayangnya,
masih banyak petani yang belum menganggap pupuk organik sebagai pupuk.
Pasalnya, ada kesan bahwa petani hams menggu-nakan pupuk organik
sebanyak 4 ton untuk setiap satu hektamya. "Untuk menjawab tantangan
ini, perlu diproduksi pupuk organik yang efisien.yakni dalam bentuk
granol yang diperkaya mikrobia, sehingga untuk 1 hektar hanya dibutuhkan
750 kg ditambah 200 kg NPK," ungkapnya.
Dengan begitu, penggunaan pupuk organik equivaien dengan pupuk kirnia yang setiap hektarnya dibutuhkan sekitar 600 kg urea dan 200 kg
NPK. Artinya, dengan membiasakan pemakaian pupuk organik, hasilnya akan
jauh lebih baik. Pasalnya, selain berfungsi sebagai pupuk untuk
tanaman, juga berfungsi sebagai pemberian tanah.
Jatuhnya
pilihan bermitra dengan UKM, menurut Wahyu, didasari oleh pertimbangan
bahwa balun baku organik relatif menyebar, misalnya kotoran hewan,
sampah, kompos jerami (terutama bekas pengembangan jamur),maupun
blontong gula. "Sebagian besarnya sudah dikuasai oleh petani dan UKM,"
katanya.
Selain menguasai bahan baku, para UKM pun sudah memiliki
alat-alat produksi pupuk kompos,organik padal.dan granul. Walaupun
konvensional, mereka sudahmemiliki pengalaman dalam berproduksi. "Jadi
bicara produksi organik padat, sudah turun-temurun diproduksi petani,
UKM, maupun kelompok tani," jelas Wahyu.
Sementara itu, untuk
pengembangan kapasitas produksinya, PT Pertani mengkaji sistem kerjasama
dengan seluruh mitra produksi. Menurut Wahyu, ada dua pilihan yang bisa
dilakukan, yakni investasi membangun pabrik sendiri dengan kapasitas
besar atau melakukan kerjasama dengan mitra kerja?
"Kami melihat,
kerjasama dengan UKM ternyata lebih baik, kini tinggal bagaimana kita
membangun sistem kerjasamanya. Nah itulah yang kami bangun, dimana
kualitas produk kita standarisasi, mulai dari bahan baku sampai produk
akhir." ungkapnya.
Untuk bahan baku, distandarkan jumlah kadar
air. C-Organik. dan CN rationya. Semua itu. secara teknis ditetapkan
oleh PT Pertani. Lalu, bahan baku itu dikomposisikan. sehingga
kualitasnya merata.
sumber : www.depkop.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar