Senin, 16 Januari 2012

Idealnya Butuh Waktu Sekitar Lima Tahun untuk melibatkan UKM

Pembangunan pertanian Indonesia memasuki era baru. Struktur tanah yang sudah sakit oleh pemakaian pupuk kimia (anorganik) akan disehatkan kembali melalui pemakaian pupuk organik. Untuk kepentingan itu, BUMN PT Pertani (Persero) mengambil peran sebagai produsen pupuk organik dengan produksi sekitar 100 ribu ton pada tahun ini.
DIREKTUR Pemasaran PT Pertani Ir Wahyu MM menjelaskan, untuk mendapatkan hasil produksi sebanyak itu. pihaknya melibatkan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memangmemilik; kapabilitas untuk memproduksi pupuk organik.


"Kami memang mengambil peran untuk memproduksi pupuk organik. Tujuannya, selain untuk mengembalikan pertanian kita agar bisa tetap diandalkan sebagai sumber pendapatan, juga untuk menggairahkan produksi pupuk organik di sektor UKM. Walaupun PT Pertani sendiri sudah memproduksinya sejak 1998," ungkap Wahyu kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Wahyu menjelaskan, dengan memasyarakatkan kembali pupuk organik, secara perlahan bisa mengembalikan kondisi fisik dan biokimia tanah. Walaupun idealnya butuh waktu sekitar 5 tahun, namun ke depannya dunia pertanian bisa kembali dalam kondisi baik.

Menurut Wahyu, berdasarkan pengalamannya, penggunaan pupuk organik sudah cukup berhasil seperti di Ngawi, Jawa Timur dengan tanaman padi jenis hibrida. "Ini bukti bahwa pemakaian pupuk organik bisa diandalkan," katanya.

Sayangnya, masih banyak petani yang belum menganggap pupuk organik sebagai pupuk. Pasalnya, ada kesan bahwa petani hams menggu-nakan pupuk organik sebanyak 4 ton untuk setiap satu hektamya. "Untuk menjawab tantangan ini, perlu diproduksi pupuk organik yang efisien.yakni dalam bentuk granol yang diperkaya mikrobia, sehingga untuk 1 hektar hanya dibutuhkan 750 kg ditambah 200 kg NPK," ungkapnya.

Dengan begitu, penggunaan pupuk organik equivaien dengan pupuk kirnia yang setiap hektarnya dibutuhkan sekitar 600 kg urea dan 200 kg NPK. Artinya, dengan membiasakan pemakaian pupuk organik, hasilnya akan jauh lebih baik. Pasalnya, selain berfungsi sebagai pupuk untuk tanaman, juga berfungsi sebagai pemberian tanah.

Jatuhnya pilihan bermitra dengan UKM, menurut Wahyu, didasari oleh pertimbangan bahwa balun baku organik relatif menyebar, misalnya kotoran hewan, sampah, kompos jerami (terutama bekas pengembangan jamur),maupun blontong gula. "Sebagian besarnya sudah dikuasai oleh petani dan UKM," katanya.

Selain menguasai bahan baku, para UKM pun sudah memiliki alat-alat produksi pupuk kompos,organik padal.dan granul. Walaupun konvensional, mereka sudahmemiliki pengalaman dalam berproduksi. "Jadi bicara produksi organik padat, sudah turun-temurun diproduksi petani, UKM, maupun kelompok tani," jelas Wahyu.

Sementara itu, untuk pengembangan kapasitas produksinya, PT Pertani mengkaji sistem kerjasama dengan seluruh mitra produksi. Menurut Wahyu, ada dua pilihan yang bisa dilakukan, yakni investasi membangun pabrik sendiri dengan kapasitas besar atau melakukan kerjasama dengan mitra kerja?

"Kami melihat, kerjasama dengan UKM ternyata lebih baik, kini tinggal bagaimana kita membangun sistem kerjasamanya. Nah itulah yang kami bangun, dimana kualitas produk kita standarisasi, mulai dari bahan baku sampai produk akhir." ungkapnya.
Untuk bahan baku, distandarkan jumlah kadar air. C-Organik. dan CN rationya. Semua itu. secara teknis ditetapkan oleh PT Pertani. Lalu, bahan baku itu dikomposisikan. sehingga kualitasnya merata.

sumber : www.depkop.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar